Mulutmu, Harimaumu!
Mulutmu, Harimaumu!
Manusia dianugerahi kemampuan untuk berbicara lewat lisan.
Lisan, adalah bagian tubuh yang memiliki kemampuan luar biasa. Setelah mengenal
yang namanya bahasa, lalu mulai mengucap kata, lalu kalimat. Dari situ, kita
dapat berinteraksi dalam aneka bentuk frasa.
Namun, lisan tetaplah bermata dua. Untuk kebaikan ataupun
keburukan. Pada banyak pertemuan, seringkali kita mendapati pembicaraan berupa
ghibah, namimah dan maksiat lisan lainnya. Padahal, Allah SWT melarang hal
tersebut. Allah menggambarkan ghibah dengan suatu yang amat kotor dan
menjijikkan. Allah berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 12,
artinya, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing orang
lain. Apakah kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah
kalian merasa jijik dengannya.”
Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya ‘Ulumi Al-din sampai
membuat bab khusus soal lisan. Beliau menamainya dengan Kitab Afaat al-Lisan,
kitab tentang penyakit lisan. Imam Al-Ghazali langsung menempatkan kata Afaat,
karena menurut beliau lisan adalah anugerah Allah yang paling ringan namun di
saat yang sama, sulit dikendalikan. Persoalan lisan dimasukkan Imam al-Ghazali
ke dalam bagian al-muhlikaat (perusak), bagian ketiga dari tetralogi dalam Ihya
‘Ulum al-Din.
Menjaga lisan menurut Imam al-Ghazali, dimulai dari memahami
bahwa fungsi lisan adalah alat bicara apa yang terdapat di dalam hati. Beliau
mengatakan;
"(Allah) telah penuhi hati manusia dengan gudang-gudang
ilmu dan Dia menyempurnakannya. Kemudian, Allah turunkan tabir untuk apa yang
ada dalam hati sebagai bagian dari kasih sayang-Nya. Allah rentangkan dari hati
berupa lisan yang menyampaikan apa yang terkandung dalam hati dan pikiran.
Lisan dapat menyingkap tabir. Sehingga, lisan bisa berucap kebenaran. Bersyukur
atas karunia. Dimudahkan untuk mengungkap ilmu yang didapat dan berbicara
dengan baik.”
Konon, “Lisan lebih Tajam daripada Pedang”, pepatah ini
memang benar adanya. Karena dampak yang di timbulkan dari ucapan yang keluar
melalui lisan akan sangat beragam. Pun, pemilihan intonasi bicara sangat
penting. Sudah banyak bukti percekcokan yang dimulai karena ketersinggungan
pihak lain.
Berikut cara menjaga lisan dari berbagai bentuk bahaya;
1. Tidak selalu menyampaikan apa yang didengarkan kepada
orang lain.
2. Jauhi sikap sombong dan membanggakan diri.
3. Jauhkan diri dari Ghibah dan Namimah.
4. Hindari perkataan yang tidak berdasar.
5. Perbanyak Dzikir.
Dalam Islam, lisan mempunyai peran urgent dan sakral.
Mengapa demikian? karena Islam mengandung konsep Iman. Dan mekanisme dalam
makna Iman adalah tashdiq al-qalb, iqrar bil lisan, wa ‘amal bil arkan. Oleh
karena itu, marilah kita jaga lisan kita dari hal-hal yang merugikan diri kita
sendiri. ”Berhati-hatilah dengan kata-katamu. Sekali mereka diucapkan, mereka
hanya bisa dimaafkan, tidak bisa dilupakan’’.
Lailiyatul Afiah-Nur Rofidah/Banat 1
Posting Komentar untuk "Mulutmu, Harimaumu!"