Walaupun banyak aral dan rintangan yang menghalangi,
tekad beliau tidak pernah memudar. Alasan beliau sangat kuat dalam mengembangkan
pendididkan formal, yang dianggap sebagian orang akan mengancam keberlangsungan
terhadap pendidikan diniah dan majlis ta’lim lainnya. Hal ini didasari oleh
tekad beliau agar para santri juga melek pendidikan formal agar nantinya mampu
menjadi orang-orang yang memiliki peranan penting dalam berbagai aspek. Selain
itu, tujuan mulia beliau yang tidak banyak dilihat orang ialah agar orang tua
yang memiliki orientasi pendidikan formal dapat memondokkan anaknya di
pesantren ini, sehingga pada akhirnya mereka pun akan dididik kajian kitab
kuning. Strategi jenius inilah yang tidak banyak dilihat orang, namun beliau sangat faham akan
hal ini.
Setelah KH Abdul Mujib berhasil
mendirikan Madrasah Tsanawiyah yang memiliki banyak siswa baik dari kalangan
santri sendiri maupun masyarakat sekitar, kemudian pada tahun 1987 KH Abdul
Mujib merintis lagi pendidikan formal tingkat SLTA yang bernama MA. Wahid Hasyim
(WAHASY), tujuan didirikan MA ini yaitu untuk memberi peluang kepada siswa Madrasah
Tsanawiyah supaya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain
itu agar para santri yang ingin melanjutkan pendidikan tidak harus keluar
pondok dan tetap melanjutkan kajian kitab kuningnya.
Perkembangan jumlah siswa WAHASY dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Dari keadaan inilah kemudian beliau berencana merintis
Sekolah Menengah atas pada tahun 1996. Namun rencana ini diurungkan karena ada
tawaran dari Lembaga Pendidikan Ma'arif NU (LP Ma'arif NU) Kota Probolinggo untuk mengambil alih SMA Sunan Giri (SMAGI) yang
pada waktu itu pendidikan tersebut kekurangan murid. Pemberian mandat ini
bertujuan agar pendidikan tersebut tidak mati.
Gedung pertama kali SMAGI terletak persis di selatan Masjid Agung kota Proboliggo sehalaman dengan SMP Sunan Giri. Kemudian
setelah diambil alih oleh KH Abdul Mujib,
maka gedung tersebut dipindah ke Jl. Prof. Dr. Hamka, Kademangan, Kota
Probolinggo.
Pemindahan tempat tersebut akhirnya, terjadi pemisahan
antara santri putra dan puteri. SMAGI dikhususkan untuk santri putera, dan
WAHASY dikhususkan untuk santri puteri. Kedua lembaga kini terus berkembang
pesat sampai saat ini seiring dengan mulai bertambahnya santri PP Roudlotut
Tholibin.
Pada tahun 2015 Yayasan Pesantren Roudlotut Tholibin (YASSARO)
merintis Sekolah Menengah Kejuruan yang diberi nama SMK Sunan Giri yang fokus
dalam bidang otomotif. Tujuan didirikan pendidikan ini adalah untuk memberi
peluang kepada santri yang tidak ingin melanjutkan ke perguruan tinggi agar
jika santri tersebut lulus atau berhenti dari ponpes mempunyai bekal yaitu bisa
langsung berwirausaha atau bekerja.
Smoga smkin berkmbang...dan apa yg tlah qta dpatkan dsini bsa brmanfaat
BalasHapus