Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara Jas Hijau dan Jas Merah, Jangan Lupakan Sejarah !!!

 





    Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam dan Hari Kemerdekaan RI, Pengurus mengundang salah satu alumni yaitu, Ustz. Babul Khoir untuk memberi Arahan atau mauidzoh kepada santri dengan tema “Antara Muharrom dan Kemerdekaan”. Tentu, kedua pembahasan itu memiliki arti dan makna yang didalamnya sangat penting untuk dikaji dan dijalankan. Lantas, bagaimana menurut pandangan beliau tentang kedua makna pembahasan itu ? mari kita simak dalam wawancara eksklusif berikut:

Berbincang mengenai Muharrom dan Kemerdekaan. Apa pandangan anda dari kedua nya ?

    Makna muharrom ialah mengingatkan kita kembali bahwa, ada peristiwa penting yang terjadi di kala itu. Kita harus tau bahwa pada saat itu kanjeng Nabi hijrah dari mekkah ke madinah dengan semangat juang yang tinggi, ini jangan sampai kita lupakan dan harus mengetahui tentang titik sejarah yang ada didalamnya. Simpelnya makna hijrah kanjeng nabi ini yaitu dari yang tidak baik menuju yang baik, dan dari yang baik menuju yang lebih baik Ziyadatul Khoir Ba’dal Khoir. ulama’ juga banyak yang berpendapat bahwa ada amalan sunnah yang bisa dilakukan pada bulan muharrom seperti; berpuasa, menyantuni anak yatim, dan lain sebagainya. Itu sekilas tentang Muharrom.

Jika kemerdekaan, menurut anda bagaimana ?

    Bung karno selalu mengatakan Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah sedangkan menurut Ulama’ Jas Hijau, Jangan sekali-kali melupakan jasa para ‘Alim Ulama’. Jadi, kembali kepada sejarah, kita harus mengingat bahwa ada titik sejarah dibalik merdekanya bangsa. Banyak perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan untuk merebut kembali bangsa dari tindasan penjajah. Kita jangan sampai melupakannya, karena menurut Bung Karno “Bangsa yang hebat yaitu bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”. Bung karno merupakan salah satu pahlawan yang  gigih dan semangat untuk merdeka dan bebas dari tindasan. Bentuk semangat dan kegigihan beliau salah satunya ialah, membacakan proklamasi dan menyatakan kemerdekaan dalam keadaan puasa karena pembacaan proklamasi atau pernyataan kemerdekaan itu bertepatan pada Jum’at bulan ramadhan. Selain itu, banyak juga Ulama’ yang berjasa dalam kemerdekaan ini. Salah satunya  KH. Abdul Wahab Hasbullah yang menciptakan lagu Hubbul Wathon Minal Iman “Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman”. KH. Hasyim Asy’ari yang menyatakan Resolusi Jihad dan lain sebagainya. Pada intinya kita jangan sampai melupakan jasa jasa beliau, karena beliau rela berkorban demi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Lantas, apa yang harus dilakukan para santri dari makna kedua pembahasan tersebut ?

    Yang paling simpel ialah bagaimana kita menjalani hidup yang lebih baik. Jika kemarin dirasa kurang baik, maka mari untuk selanjutnya harus memperbaiki. Semangat menuju lebih baik harus ditingkatkan. Karena semangat menuju lebih baik termasuk bagaimana kita melakukan nilai nilai pedoman dari keduanya. Jika tidak bisa, setidaknya kita memberi hadiah fatihah kepada Kanjeng Nabi, para sahabat, para ulama’, dan para pahlawan yang telah gugur demi membela dan menjaga keutuhan NKRI. Selain itu, setidaknya pada 17 Agustus kita mengibarkan bendera merah putih di rumah kita.

Oleh: Mahfud Ali


1 komentar untuk "Antara Jas Hijau dan Jas Merah, Jangan Lupakan Sejarah !!!"

  1. Peran ulama jelas dg tampilnya ulama baik yg secara langsung di medan pertempuran memimpin pasukan/santri (imam bonjol, teunglu umar, P.diponegoro, dll) maypun yg dom pergerakan/diplomasi/motivasi.
    Secara otentik juga tersurat dlm bagian teks pembukaan UUD 1945 " atas berkat rahmat ALLAH dan ...."
    jargon/slogan yg khas bahasa kiyai/pesantren "Hubbul Warhon Minal Iman" mendunia dan mampu membakar semangat perjuangan/nasionalisme masyarakat Nusantara.
    SEMOGA SEMANGAT SYUHADA NEGERI INI menginspirasi kita sbg generasi penerusnya dalam membangun bangsa ini.
    MERDEKA...!

    BalasHapus