Menggali Mutiara di Sawah
Kategori : Cerpen
Edisi Revisi
Menggali Mutiara di Sawah
Oleh : M. Samsul Hariyono
(kelas 1 madin & kelas 2 SMA Sunan Giri)
Setiap harinya dia
pergi kesekolah dengan berpakain rapi. Tapi, pada suatu hari dia tidak masuk
sekolah karena diajak kesawah oleh salah
seorang (khaddam kiai). Disana Tholi diajak untuk mengairi, memberi pupuk, menanam,
dan lain-lain.
Pada akhirnya
Tholi merasa nyaman bekerja disawah hingga ia lupa untuk melaksanakan
kewajibannya yaitu bersekolah. Setelah beberapa hari tidak bersekolah akhirnya
dia dipanggil kepala lewat sebuah surat yang diberikan kepada salah seorang
temannya, sebut saja dia Slamet. Setelah dia diberi amanah oleh Kepala Sekolah,
Slamet pun bergegas untuk menemui Tholi di
sawah :
Slamet :
“Liiii.......... Tholi....! (Li......Tholi....!)
Tholi : “Bedeh apah
Met..? (ada apa met..?)”
Slamet : “Gellek
engkok olle ptoro’an sorat ( tadi saya mendapat titipan surat)”
Tholi : “Deri sapah?
Deri neng Sukendi? (dari siapa? Dari neng Sukendi?)”
Slamet : “Benni
(bukan)”
Tholi : “Terros deri
sapah? (terus dari siapa?)”
Slamet : “Deri Kepala
Sekolah (dari Kepala Sekolah)”
Tholi : “Kemmah
sorattah (mana suratnya)”
Slamet : “ Riah
(ini)”
Tholi : “Marah tegguk
enkoklah, kso’on (mana pegang saya dah, terima kasih)”
Slamet : “Depadeh
(sama-sama)”
Setelah dia membuka
surat tersebut ia kaget karena mendapat panggilan dari Kepala Sekolah bahwasanya dia sudah lama tidak masuk sekolah. Meskipun telah mendapatkan surat panggilan dari kepala sekolah Tholi tidak menghiraukannya, dia tetap memilih bekerja disawah.
Sang kepala sekolah pun marah dan mengirimkan kembali surat kepada Tholi lewat si Slamet. Edisi Berikutnya
Sang kepala sekolah pun marah dan mengirimkan kembali surat kepada Tholi lewat si Slamet. Edisi Berikutnya