Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MANUSIA SANDAL

Di sebuah pondok bernama Iso Ae, seorang santri bernama Ucup berjalan melintasi halaman sambil membawa nasi. Ia memakai sandalnya seperti biasa. Halaman pondok itu agak kotor, dan jalannya memutar. Karena struktur pondok berbentuk huruf U, banyak santri dari daerah A memilih lewat halaman agar lebih cepat menuju kantin.

Beberapa langkah sebelum sampai ke kamar, Ucup melepas sandalnya dan langsung masuk untuk makan. Sandal itu pun tertinggal di luar.

“Shhh…” Saki — sandal kiri — memanggil saudaranya, Saka.

“Apa, Ki?” jawab Saka.

“Ucup ninggalin kita.”

“Terus kenapa?”

“Biasanya kan dia bawa kita masuk.”

“Mungkin lupa. Kepikiran makan,” ujar Saka berbaik sangka.

“Tapi kalau nanti ada orang lain pakai kita gimana? Terus… kalau kakinya bau?”

Saka mau menjawab, tapi tiba–tiba sebuah telapak kaki menekan tubuhnya. Sandal kiri ikut dipakai. Mereka spontan diam, takut manusia tahu sandal bisa bicara.

Itu bukan kaki Ucup — tapi Udin, temannya. Udin mau ke kantin dan memilih jalan cepat… dan meminjam sandal Ucup tanpa izin.

Sampai di kantin, Udin melepas sandal dan pergi mengambil nasi, meninggalkan mereka lagi.

“Tuh kan,” gerutu Saki. “Untung kakinya gak bau.”

Saka hampir menjawab, tapi menahan diri. Ia tahu itu hampir kejadian “kan gak akan…” — dan terbukti tidak selalu benar.

“Emang boleh pakai sandal orang lain tanpa izin?” tanya Saki.

“Kayaknya banyak manusia yang begitu,” jawab Saka.

“Salah itu,” bantah Saki. “Kalau gak izin, nanti pemiliknya bingung.”

“Dan mungkin sedih,” tambah Saka.

Mereka tertawa bersama.

Tak lama, suara langkah terdengar. Ucup datang melewati halaman dengan piring kosong.

Dia melihat sandalnya. “Lah, ini sandal ku di sini. Nanti aja lah ngambilnya.”

Ucup berbalik, mengembalikan piring, lalu pergi lagi — tanpa memakai mereka.

Saki dan Saka saling pandang.

“Ucup gak pakai kita,” kata Saka.

“Iya, berarti…” Saki menggantungkan kalimat.

“Udah ngerti lah,” sahut Saka sambil tertawa.

“Jangan-jangan manusia itu sandal… dan kita manusia,” kata Saka bercanda.

“Aku sepakat,” sambut Saki.

By: Rozi-E6

Posting Komentar untuk "MANUSIA SANDAL "