Mayoran Ala Santri: Satu nampan beribu tangan
ROUBIN ONLINE.COM - KADEMANGAN.
Selain tradisi sorogan, bandongan, roan, sarungan, antre, dan lain sebagainya, pondok pesantren juga memiliki tradisi makan besama di nampan. Makan bersama ini telah menjadi tradisi dalam budaya Arab. Makan di nampan ini biasa disebut dengan istilah “mayoran”.
Mayoran adalah tradisi makan bersama yang dilakukan oleh para santri dengan satu wadah yang besar biasanya berupa nampan atau piring. Momen mayoran ini sering kali menjadi waktu istimewa di tengah kesibukan belajar para santri, karena selain menyantap makanan yang lebih lezat dari biasanya, mereka juga dapat berkumpul dengan teman-teman.
Tradisi ini memiliki makna mendalam, di mana para santri diajarkan untuk tidak hidup sendiri-sendiri dan selalu berbagi rezeki dengan yang lain. Bagi mereka, kebahagiaan akan lebih bermakna ketika dirasakan bersama. Biasanya, mayoran dilakukan dengan sederhana, tetapi penuh dengan suasana hangat. Setelah makanan siap, para santri akan berkumpul, duduk melingkar, dan menyantap hidangan bersama. Meskipun hidangan yang disajikan sederhana, mayoran selalu terasa istimewa karena dinikmati dalam suasana kebersamaan.
Tradisi makan bersama dengan banyak tangan dalam satu piring besar ini sesungguhnya merupakan ajaran Rasulullah. Dalam sebuah hadits yang datang dari sahabat Wahsyi bin Harb dan diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan:
Rasulullah bersabda:
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ ، قَالَ : حَدَّثَنِي وَحْشِيُّ بْنُ حَرْبٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا نَشْبَعُ. قَالَ : ” فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ ؟ “. قَالُوا : نَعَمْ. قَالَ : ” فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ “.
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa Ar Razi, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim ia berkata, telah menceritakan kepadaku Wahsyi bin Harb dari Ayahnya dari Kakeknya bahwa para sahabat Nabi Saw berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.
Sahabat Anas radiyallahu anhu berkata bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan sendirian. Rasulullah juga pernah bersabda bahwa sebaik-baik makanan adalah yang dimakan banyak tangan.
Akhir kata
Mayoran memberikan pelajaran berharga, yakni membangun karakter kebersamaan dalam diri sosial kehidupan manusia, lebih-lebih ketika berada di pesantren. Satu nasib sepenanggungan dan satu rasa satu makanan. Tradisi tersebut dapat menghindarkan santri dari sifat kikir dan bakhil serta tidak akan melunturkan rasa kekeluargaan antar mereka. Dalam lingkungan pesantren, tradisi mayoran akan terus dipertahankan dan dilestarikan agar mempererat kerukunan antar mereka. Hal tersebut karena salah satu prinsip dalam pesantren adalah kesederhanaan dan kekeluargaan tanpa batas.
Posting Komentar untuk "Mayoran Ala Santri: Satu nampan beribu tangan"